Senin, 22 Juni 2009

KATA PENGANTAR



Puji syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat,nikmat dan karuniaNya yang telah diberikan kepada kita sekalian, baik nikmat iman maupun nikmat sehat sehingga pada hari ini kita masih dapat bersilaturahmi dan mudah-mudahan upaya kita untuk membentuk wadah silaturahmi dengan media elektronik via internet ini dapat terlaksana.

Shalawat dan salam marilah kita sampaikan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya, semoga di yaumil akhir nanti, kita selalu mandapatkan syafatnya amin.

Situs blog ini merupakan kelanjutan dari penerbitan buku
“SILSILAH KETURUNAN BUYUT SUMO SARIBAH & SAMPURI” yang ditulis oleh Mas Bambang Sujatmiko, SP Bersama Team Penerbit yang lain.

Dari segi apapun situs ini mirip dengan buku tersebut diatas, sehingga fungsinya sama persis yaitu :
1. Agar ada pegangan atau bacaan atau istilah jaman sekarang referensi yang bisa dibaca dan dijadikan pegangan agar kita tidak kepaten obor.
2. Bedanya dengan buku, situs ini dapat dibaca oleh anggota keluarga kita kapan saja, dimana saja, misalnya Irul di Balikpapan atau Kiki di Medan atau saya sendiri di Jakarta, akan dapat mengikuti perkembangan saudara-saudaranya di Wonorejo atau sebaliknya, keluarga di Wonorejo dapat mengikuti perkembangan sanak family yang ada diluar Wonorejo.
3. Sebut saja blog ini adalah buku elektronik, informasinya dapat diperbaiki atau ditambah dalam waktu yang cepat, dengan demikian, berita yang dimuat adalah cerita terkini.
4. Dengan adanya buku elektronik ini, kita tidak perlu bingung ketika buku asli lupa dibawa, misalnya Mas Bambang atau siapa saja datang ke Medan atau keluarga Lik Wardi pergi Ke Balikpapan, lupa No.telpon dan alamatnya, maka solusi yang paling cepat adalah : datanglah ke WARNET, atau Warung Internet-yang tersebar dimana-mana, dan kalau belum bisa internet/computer, minta tolong petugas warnet membuka www.sumosaribah.blogspot.com maka seluruh informasi yang diinginkan akan diketahui dengan jelas.
5. Untuk itu diperlukan kerja sama, siapapun diharapkan peran aktifnya dengan memberikan informasi, baik nomor telpon, alamat rumah, alamat pekerjaan dlsb, demikian pula bila ada yang memiliki keluarga baru/pernikahan, kelahiran ataupun kematian aggota keluarga, dapat segera diinformasikan baik lewat email: bambangdwi159@gmail.com ataupun lewat SMS seperti yang ada kolom bawah.
6. Buku elektronik ini dapat dibaca oleh siapapun diseluruh dunia !! Siapa tahu ada orang lain membaca buku elektronik ini, dan ternyata mereka adalah kerabat dari Mbah Sumo Saribah misalnya anak atau cucu atau buyut dari saudara dekat mbah Sumo Saribah. Dan kalau memang benar demikian maka kita akan dapat menambah dan memperpanjang tali silaturahmi.

Akhir kata, mudah-mudahan buku elektronik ini dapat menjadi buku tambahan disamping buku yang sudah ada dan manfaatnya dapat dirasakan oleh Anggota Keluarga Besar Mbah Buyut Sumo Saribah Amin


Wassallamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, 1 Juni 2009

Minggu, 21 Juni 2009

RIWAYAT


TERBENTUKNYA ACARA PERTEMUAN KELUARGA TAHUNAN


Pada suatu hari berkumpulah anak-anak keturunan almarhum mbah Suriani di rumah beliau jalan raya Wonorejo no.165, dalam rangka menerima pembagian warisan hasil penjualan rumah dan sebagian barang-barang yang masih ada. Setelah acara pembagian warisan kepada pihak yang berhak menerima telah selesai, semua kelihatan sedih-trenyuh, disamping juga ada perasaan lega dan gembira karena membawa sejumlah rupiah dari hasil Faro’id tersebut.

Adalah mbak Sri Wilujeng putrid pertama dari Pakde Djama’ali waktu itu melontarkan gagasan, menyampaikan uneg-unegnya, sambil gemetar mengatakan, “Bagaimana kalau diadakan pertemuan keluarga secara rutin, agar kita semua tidak kepaten obor. Mengingat ditempat ini dulu setiap tahun dijadikan tempat pertemuan sanak saudara dan para family walaupun tidak secara resmi.”

Pernyataan tersebut disambut baik oleh semua yang hadir, bahkan Paklik Ahmad secara tehnis member petunjuk agar pertemuan pertama dimulai tahun ini juga yaitu dirumah Bude Djama’ali di Surabaya, kemudian berturut turut setiap tahun secara bergantian ke anak yang kedua, ketiga dan seterusnya.

Begitulah kegiatan pertemuan yang pertama kali dilakukan dirumah Bude Dar (Bude Djama’ali) di Surabaya, semua anak dan cucu dari keluarga besar Mbah Suryani datang dan pertemuan tersebut berlangsung meriah dan sukses.

Pertemuan kedua sesuai dengan keinginan bersama diadakan dirumah Bude Yatun – Pakde Hadi di Pakijangan. Pada pertemuan kedua ini sengaja mengundang anak dan cucu dari Mabah Kar dan Mbah Aminah. Demikian juga pada pertemuan ketiga di rumah Bapak Doerasid dan pertemuan keempat di rumah Paklik Ahmad di Situbondo juga dihadiri oleh Keluarga besar mbah Sukariah dan Mbah Aminah.

Perkembangan berikutnya pada tahun kelima tepatnya tahun 1994, pertemuan keluarga dilaksanakan dirumah Lik Mun di Sambisirah. Pada pertemuan itu melalui Pakde Kosim dan Lik At, selaku wakil dari keturunan Mbah Kar dan Mbah Aminah menyatakan secara resmi ikut bergabung pada pertemuan-pertemuan berikutnya.

Maka mulai saat itu acara pertemuan tahunan keluarga diubah dari pertemuan keluarga mbah Suriani, menjadi pertemuan keluarga Mbah Sumo Saribah dan Mbah Sampuri. Acara dilaksanakan pada setiap Lebaran – Hari Raya Idul Fitri (Versi Pemerintah) pada hari kedua dan alhamdullah dilaksanakan sampai sekarang dan Insyaallah terus sampai akhir zaman. Amin

Jumat, 19 Juni 2009

SEJARAH



MBAH SUMO SARIBAH


Sumo Saribah, demikian nama seorang pemuda berasal dari sekitar desa Sukodono atau Mayangan Pasuruan. Kira2 pada akhir abad 18 Masehi, Sumo Saribah mempersunting seorang wanita asli desa Wonorejo bernama sampuri. Mereka hidup rukun, berdua mengarungi kehidupan pada jamannya. Beliau mencari rezeki dengan berdagang, membuka toko didepan rumahnya. Konon cerita beliau memiliki sebidang tanah yang mereka tempati terletak di desa Pakijangan, jalan raya Wonorejo Pasuruan, atau tepatnya diseberang jalan raya depan lapangan besaran (alun-alun) kecamatan Wonorejo.
Pada perkembangan berikutnya beliau harus pindah karena yang ditempati itu akan disewa paksa oleh Pemerintah Kolonial Belanda untuk dipergunakan sebagai tempat pemberhentian Kreta Api (Trem) jurusan Warungdowo-Wonorejo.
Rupanya pada jaman itu sudah ada jalur transportasi berupa kereta api dari wonorejo bahkan sampai ke Winongan ngliwati Warungdowo dan langsung ke tengah kota Pasuruan.
Pada masa-masa menjelang kemerdekaan terjadi konflik antar partai politik waktu itu, sehingga surat-surat penting dan lain-lain ikut musnah terbakar, termasuk dokumen sewa menyewa tanah dengan bahasa belanda ikut hangus terbakar.
Hampir semua cucu-cucunya belum sempat mengenal wajah mbah Sumo ini karena keburu wafat saat mereka masih kecil. Bude Sofiyatun waktu itu masih kecil, kira-kira umur lima atau enam tahun dan mbah Aminah masih gadis remaja, demikian kenang bude Yatun.
Sosok mMbah Sumo bertubuh tingi besar, selalu menggunakan ikat kepala dari kain batik (udeng). Katanya hoby beliau adalah mengasah pisau, baik pisau dapaur maupun pisau gaman (belati).
Sepeninggal Mbah Sumo Saribah, Mbah Sampuri harus ambil alih peranan untuk berjuang menghidupi anak-anaknya. Dibantu oleh Mbah Wiek (anak pertamanya) bekerja di Pabrik Gula Wonorejo. Tidak lama kemudian pabrik gula tutup dan mbah Wiek banting stir dan berprofesi sebagai tukang jahit. Hobby berjualan yang dimiliki oleh Mbah Sumo Saribah ini ternyata diturunkan kepada anak-anak yang perempuan misalnya, mbah Ni, jualan warung nasi dengan ciri khasnya nasi rawon yang terkenal seantero Wonorejo dan sekitarnya. Langganannya selain penduduk asli Wonorejo juga sopir-sopir angkutan truk luar kota dan para belantik-belantik sapi yang berasal dari luar kecamatan Wonorejo.
Mbah Sampuri wafat ketika Mbah Kar mempersiapkan acara sunatan untuk Pakde Doli (Fadholi), dan saya ketika itu kalau nggak salah masih duduk di kelas dua sekolah rakyat, kata bude Yatun. Bude Yatun sekolah hanya sampai kelas dua saja karena untuk melanjutkan sekolah ke kelas tiga waktu itu tidak mungkin, karena sedang berkecamuk peperangan melawan tentara Jepang.
Demikian sekilas sejarah singkat kehidupan mbah buyut Sumo Saribah dan Mbah Sampuri, dari dua sejoli tersebut kini telah berkembang beranak pinak dan menyebar keseluruh penjuru nusantara, baik untuk mencari nafkah, mencari ilmu atau mengikuti pasangan hidupnya.
Dan Alhamdulillah, pada perkembangan terakhir, sudah terwujut sebuah wadah Silaturahmi, yaitu pertemuan tahunan keluarga. Pertemuan ini rutin dilaksanakan setiap tahun sekali yaitu pada hari raya lebaran hari kedua. Penyelenggara dan tempat pertemuan dilakukan bergiliran sesuai kesepatan sebelumnya.
Walaupun belum semuanya bisa menyadari arti penting sebuah pertemuan keluarga, selain menembah keakraban, kita juga bisa saling mengenal satu sama lain. Dan yang paling penting adalah dengan pertemuan keluarga seperti ini, kita bisa berhemat biaya serta dapat membina rasa kebersamaan.
Bukan tidak mungkin wadah ini akan bisa ditingkatkan menjadi lembaga yang lebih kongkrit dan legal misalnya dijadikan suatu Yayasan atau Koperasi Keluarga dan lain-lain.
Hal ini kita serahkan kepada generasi-generasi penerus sesuai dengan bidang ilmu dan kemampuan mereka masing-masing. Amin
Harapan kita semua semoga lembaga yang ada ini akan terus berkelanjutan sebagaimana yang diharapkan oleh Pendahulu dan para Pinisepuh kita. Untuk itu ada satu kalimat yang tepat sebagai pegangan atau motivasi bagi kita ialah :
"Jangan ada Dusta diantara Kita"
Sekedar tambahan dari kami-pengelola situs ini:
Sampai pada mbah Sumo kita tahu silsilah dengan lengkap, barangkali suatu saat nanti ada informasi baru yaitu berupa jawaban dari suatu pertanyaan : Siapa Bapak/Ibu mbah Sumo, Berapa saudaranya Mbah Sumo, siapa saja dan dimana mereka?
Jika pertanyaan tersebut ada yg bisa menjawab, maka silsilah baru akan muncul dan berkembang menjadi lebih luas dan lebar
Mari kita selalu menggali dan mencari tahu