MBAH SUMO SARIBAH
Sumo Saribah, demikian nama seorang pemuda berasal dari sekitar desa Sukodono atau Mayangan Pasuruan. Kira2 pada akhir abad 18 Masehi, Sumo Saribah mempersunting seorang wanita asli desa Wonorejo bernama sampuri. Mereka hidup rukun, berdua mengarungi kehidupan pada jamannya. Beliau mencari rezeki dengan berdagang, membuka toko didepan rumahnya. Konon cerita beliau memiliki sebidang tanah yang mereka tempati terletak di desa Pakijangan, jalan raya Wonorejo Pasuruan, atau tepatnya diseberang jalan raya depan lapangan besaran (alun-alun) kecamatan Wonorejo.
Pada perkembangan berikutnya beliau harus pindah karena yang ditempati itu akan disewa paksa oleh Pemerintah Kolonial Belanda untuk dipergunakan sebagai tempat pemberhentian Kreta Api (Trem) jurusan Warungdowo-Wonorejo.
Rupanya pada jaman itu sudah ada jalur transportasi berupa kereta api dari wonorejo bahkan sampai ke Winongan ngliwati Warungdowo dan langsung ke tengah kota Pasuruan.
Pada masa-masa menjelang kemerdekaan terjadi konflik antar partai politik waktu itu, sehingga surat-surat penting dan lain-lain ikut musnah terbakar, termasuk dokumen sewa menyewa tanah dengan bahasa belanda ikut hangus terbakar.
Hampir semua cucu-cucunya belum sempat mengenal wajah mbah Sumo ini karena keburu wafat saat mereka masih kecil. Bude Sofiyatun waktu itu masih kecil, kira-kira umur lima atau enam tahun dan mbah Aminah masih gadis remaja, demikian kenang bude Yatun.
Sosok mMbah Sumo bertubuh tingi besar, selalu menggunakan ikat kepala dari kain batik (udeng). Katanya hoby beliau adalah mengasah pisau, baik pisau dapaur maupun pisau gaman (belati).
Sepeninggal Mbah Sumo Saribah, Mbah Sampuri harus ambil alih peranan untuk berjuang menghidupi anak-anaknya. Dibantu oleh Mbah Wiek (anak pertamanya) bekerja di Pabrik Gula Wonorejo. Tidak lama kemudian pabrik gula tutup dan mbah Wiek banting stir dan berprofesi sebagai tukang jahit. Hobby berjualan yang dimiliki oleh Mbah Sumo Saribah ini ternyata diturunkan kepada anak-anak yang perempuan misalnya, mbah Ni, jualan warung nasi dengan ciri khasnya nasi rawon yang terkenal seantero Wonorejo dan sekitarnya. Langganannya selain penduduk asli Wonorejo juga sopir-sopir angkutan truk luar kota dan para belantik-belantik sapi yang berasal dari luar kecamatan Wonorejo.
Mbah Sampuri wafat ketika Mbah Kar mempersiapkan acara sunatan untuk Pakde Doli (Fadholi), dan saya ketika itu kalau nggak salah masih duduk di kelas dua sekolah rakyat, kata bude Yatun. Bude Yatun sekolah hanya sampai kelas dua saja karena untuk melanjutkan sekolah ke kelas tiga waktu itu tidak mungkin, karena sedang berkecamuk peperangan melawan tentara Jepang.
Demikian sekilas sejarah singkat kehidupan mbah buyut Sumo Saribah dan Mbah Sampuri, dari dua sejoli tersebut kini telah berkembang beranak pinak dan menyebar keseluruh penjuru nusantara, baik untuk mencari nafkah, mencari ilmu atau mengikuti pasangan hidupnya.
Dan Alhamdulillah, pada perkembangan terakhir, sudah terwujut sebuah wadah Silaturahmi, yaitu pertemuan tahunan keluarga. Pertemuan ini rutin dilaksanakan setiap tahun sekali yaitu pada hari raya lebaran hari kedua. Penyelenggara dan tempat pertemuan dilakukan bergiliran sesuai kesepatan sebelumnya.
Walaupun belum semuanya bisa menyadari arti penting sebuah pertemuan keluarga, selain menembah keakraban, kita juga bisa saling mengenal satu sama lain. Dan yang paling penting adalah dengan pertemuan keluarga seperti ini, kita bisa berhemat biaya serta dapat membina rasa kebersamaan.
Bukan tidak mungkin wadah ini akan bisa ditingkatkan menjadi lembaga yang lebih kongkrit dan legal misalnya dijadikan suatu Yayasan atau Koperasi Keluarga dan lain-lain.
Hal ini kita serahkan kepada generasi-generasi penerus sesuai dengan bidang ilmu dan kemampuan mereka masing-masing. Amin
Harapan kita semua semoga lembaga yang ada ini akan terus berkelanjutan sebagaimana yang diharapkan oleh Pendahulu dan para Pinisepuh kita. Untuk itu ada satu kalimat yang tepat sebagai pegangan atau motivasi bagi kita ialah :
"Jangan ada Dusta diantara Kita"
Sekedar tambahan dari kami-pengelola situs ini:
Sampai pada mbah Sumo kita tahu silsilah dengan lengkap, barangkali suatu saat nanti ada informasi baru yaitu berupa jawaban dari suatu pertanyaan : Siapa Bapak/Ibu mbah Sumo, Berapa saudaranya Mbah Sumo, siapa saja dan dimana mereka?
Jika pertanyaan tersebut ada yg bisa menjawab, maka silsilah baru akan muncul dan berkembang menjadi lebih luas dan lebar
Mari kita selalu menggali dan mencari tahu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar